PERJUANGAN panjang merawat tiga anak saya yang alami demam tinggi karena tipes akhirnya berujung pada kesehatan saya yang memburuk. Secara marathon, sejak awal bulan September lalu diawali oleh putra kedua saya yang harus saya jemput dari sekolah berasrama tempat ia bersekolah. Lebih kurang dua pecan saya merawatnya di rumah setelah membawanya ke praktik dokter spesialis di kota saya.
Setelah putra kedua bera ngsur sehat, giliran putri pertama saya yang alami gejala serupa. Namun karena demamnya yang lebih mengerikan, saya terpaksa membawanya ke rumah sakit untuk rawat inap. Tak ada pilihan. Walau sebelumnya saya selalu berusaha untuk sedapat mungkin tidak menjejak kaki ke rumah sakit karena takut terpapar dengan orang lain yang alami penyakit berbahaya lainnya.
Namun karena sudah seminggu demamnya tak kunjung turun malah sebaliknya semakin meninggi, maka saya pun memboyoong putri sulung saya ini ke rumah sakit swasta untuk dirawat. Perasaan cemas ketika tiba di IGD ketika petugas merngambil sample darahnya untuk dirapid. Saya dan istri hanya bisa mematung sembari berdoa agar hasilnya nonreaktif.
Alhamdulillah, petugas kemudian mmeinta kami untuk mengurus kamar sembari memberitahu bahwa hasil rapidnya nonreaktif. “Jika reaktif, sesuai SOP yang berlaku sekarang, kami harus merujuk putri bapak ke rumah sakit rujukan,” kata salah satu di antaranya.
Pas tujuh hari ia kami rawat di rumah sakit tersebut. Namun hanya berselang hari, giliran anak nomor tiga jatuh sakit. Gejalanya sama. Saya tahu bahwa tipes ini menular. Namun saya tidak tahu harus ungsikan mereka kemana, karena mereka masih kecil. Tak mau jauh dari kami. Bahkan ketika malam pun, mereka tetap minta tidur di kamar yang sama. Tak terkecuali yang sedang sakit.
Elegi ini belum berakhir setelah putri ketiga saya berangsur sembuh. Kini giliran saya yang tumbang. Sejak Senin sore kemarin, hingga Kamis sore hari ini, saya masih merasa belum fit seperti sebelumnya. Meski sejak awal gejala demam timbul, sudah saya antisipasi dengan mengonsumsi obat yang mengandung Paracetamol. Namun tetap tak mampu membendung serangan panas tinggi hingga membuat tubuh saya terkulai di tempat tidur.
Tiga hari penuh saya tidak bisa beraktivitas di luar rumah. Sehat itu mahal. Kita mesti berusaha keras agar sehat itu selalu terjaga. Untuk menjaga kesehatan dan imunitas bukanlah dengan menyediakan ribuan jenis obata-obatan di rumah, namun lebih pada meningkatkan daya tahan dari dalam. Seperti ungkapan Robert C. Peale, farmasi terbaik dan paling efisien adalah di dalam sistem mu.
Jaga sehat mu, sebelum sakit menghampirinya.
Zainal Bakri
Ada teamindonesia disini pak? Sudah lama tidak berpartisipasi lagi di Weku
belum ada @bangsam tapi jika sudah posting cukup pakai tagar blurtindonesia nanti kita akan saling support.
Alhamdulillah semoga selalu sehat pak. Nampaknya di Aceh lancar saja posting di blkurt, di Balikpapan sudah 4 hari ini ga bisa posting pak, hanya bisa upvote dan comment saja.
Alhamdulillah lancar di sini. Abang upload via web blurtter.com? bis ajuga via situs lain.
blurt.world
blurt.blog
blurt.buzz
blurtworld.com
Ok makasih, akan saya coba jalan lainnya
Cerita tentang kesehatan yg penuh kenangan, Sehat selalu bersama keluarga ya Bang ZB. Salam dari Bireuen.
Terima kasih bang. Sehat memang mahal. Harus benar2 kita jaga
Alhamdulillah sudah kembali sehat
Alhamdulillah. Sedang pemulihan.