Toko Kelontong Keluarga Tionghoa, 1947

in sejarah •  3 years ago 

32FTXiZsHoAW6noHJDhrg3W8ZKHVFSsLYM859aTDCF8iErEzRH6YpS8gwd9qNviiswVPS3pbEexPKSbsF3Hp7EFKtjxkiBG1kt9cQesHp4CrRTxSiTG1VXQq7eg4jPs7aMLr2BgapGw1cgo8.jpeg
Tiga generasi keluarga Tionghoa, mungkin di Jawa, 1947 (John Florea/LIFE)

Orang Tionghoa memiliki sejarah panjang di Indonesia. Sejarahnya membentang ribuan tahun dari zaman kerajaan kuno di Nusantara hingga saat ini. Sejarah panjang ini tentunya tidak selalu mulus, banyak kendala dan gesekan yang dihadapi oleh kelompok Tionghoa di Indonesia.

Kontak awal terjadi ketika ada hubungan perdagangan dan diplomatik antara kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara dengan Tiongkok. Barang dan orang pun bertukar di antara dua wilayah, menyebabkan interaksi antara dua budaya yang berbeda.

Seperti kelompok minoritas di mana pun, kelompok Tionghoa di Indonesia juga mengalami diskriminasi dan menjadi sasaran kemarahan publik, terutama ketika ada masalah ekonomi dan politik. Warna kulit, bentuk wajah, dan aksen yang berbeda dari kelompok mayoritas membuat etnis Tionghoa mudah dikenali dan teralienasi.

Kehadiran orang Eropa di Indonesia turut mempengaruhi dinamika orang Tionghoa dan pribumi. Politik rasis Belanda yang membagi penduduk menjadi tiga kasta, juga menyulut kebencian penduduk pribumi terhadap Tionghoa. Kasta tertinggi tentu saja orang Eropa, tempat kedua adalah orang asing Timur dan kasta terendah adalah penduduk asli. Orang Timur Asing terdiri dari Tionghoa dan Arab terutama.

32FTXiZsHoAW6noHJDhrg3W8ZKHVFSsLYM859aTDCF8iErYudHUvTTGN5ojL8Lm8VbSBWPnVDDXd1qtrJXwtYkaUuk1n8YaofDSgNMCeL5FWBBqTjEEzLkTCbpxrPY4km7gcyJiHnQbPEM42.jpeg
Gadis-gadis Cina di toko keluarga mereka, mungkin di Jawa, 1947 (John Florea/LIFE)

Namun, tidak seperti orang Belanda, setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, orang Tionghoa tetap tinggal di Indonesia. Nusantara sudah menjadi kampung halaman mereka. Mereka memiliki sedikit saja ikatan dengan Cina daratan, dan lebih terikat dengan Indonesia.

Foto-foto di atas menunjukkan sebuah keluarga Tionghoa selama perang revolusi kemerdekaan Indonesia. Berpose di depan toko kelontong mereka. Karena perbedaan ras, orang Tionghoa cenderung sulit memasuki sektor formal, satu-satunya pilihan bagi mereka adalah membuka usaha sendiri. Seperti keluarga Tionghoa dalam foto-foto di atas.

Dalam tahun-tahun berikutnya setelah proklamasi kemerdekaan, etnis Tionghoa menghadapi masa-masa yang sulit. Bahkan hingga puluhan tahun kemudian ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998 yang memakan korban banyak orang Tionghoa yang menjadi sasaran kemarahan massa yang lapar dan terprovokasi.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE BLURT!
Sort Order:  
  ·  3 years ago  ·  

Thank you for using my upvote tool 🙂
Your post has been upvoted (23.81 %)

Delegate more BP for better support and daily BLURT reward 😉
@tomoyan
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote

  ·  3 years ago  ·  

Congratulations, your post has been curated by @r2cornell. Also, find us on Discord

Manually curated by @abiga554

logo3 Discord.png

Felicitaciones, su publication ha sido votado por @r2cornell. También, encuéntranos en Discord