Monumen Pieter Erberveld di Batavia, 1900-1918

in sejarah •  3 years ago 

monumen-pieter-erberveld-di-jacatraweg-batavia-sekarang-jl-pangeran-jayakarta-jakarta-foto-tahun-1900-1918-public-domainnation.jpeg
Foto: Wikimedia Commons/Detikcom

Pieter Erberveld adalah seorang keturunan Eropa yang tinggal di Batavia pada abad ke-18 saat kota itu menjadi markas VOC, sebuah perusahaan multinasional yang memiliki banyak hak istimewa yang beroperasi layaknya sebuah negara. Pieter lahir dari ayah yang seorang Jerman dan ibu asal Siam. Perkawinan campuran antar ras seperti ini masih cukup jarang saat itu mengingat dunia yang belum terlalu terhubung.

Keluarga Pieter hidup makmur di Batavia walau mereka bukan pegawai VOC. Saat meninggal, ayahnya mewariskan banyak harta kepada Pieter, termasuk tanah yang luas. Urusan warisan inilah yang kemudian menyebabkan perselisihan antara Pieter dengan VOC yang mengklaim sebagian tanah milik Pieter. Tidak puas, Pieter melawan dan menolak bersikap kooperatif dengan VOC. Ia bahkan disebut menjalin hubungan dengan orang-orang dari Kesultanan Banten yang saat itu merupakan ancaman bagi VOC di Batavia.

Sikap Pieter ini membuat gerah VOC yang kemudian menangkapnya dengan tuduhan makar dan pemberontakan. Ia ditangkap di rumahnya bersama beberapa orang pengikutnya, VOC menuduhnya hendak memberontak dan membunuhi orang-orang Belanda di Batavia pada pergantian tahun baru 1722.

Setelah ditahan selama sekitar empat bulan, Pieter Erberveld dieksekusi dengan cara yang sadis dan tidak biasa. Umumnya, para kriminal dieksekusi dengan hukuman pancung atau gantung. Namun, Pieter dihukum dengan ditarik tubuhnya oleh empat ekor kuda ke arah empat arah angin berbeda. Akibatnya, tubuh Pieter hancur berantakan. Karena kematiannya yang demikian, ia dijuluki sebagai Pangeran Pecah Kulit.

VOC kemudian mendirikan monumen dengan prasasti di gerbang kediaman Pieter Erberveld dan kepalanya yang terpancung ditancapkan di atasnya. VOC melarang orang membangun dan menanam di areal tersebut untuk peringatan bagi orang-orang lain yang ingin melawan VOC. Daerah tersebut kemudian dikenal dengan nama Kampung Pecah Kulit, nama ini bertahan hingga sekarang.

Foto di atas memperlihatkan Monumen Pieter Erberveld di Batavia sekitar tahun 1900-1918. Terlihat prasasti dan kepala tertancap di atas monumen tersebut. Saat Jepang masuk ke Indonesia pada 1942, seluruh monumen dan hal-hal yang berbau Belanda dihancurkan, termasuk Monumen Pieter Erberveld ini.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE BLURT!
Sort Order:  
  ·  3 years ago  ·  

Thank you for using my upvote tool 🙂
Your post has been upvoted (28.27 %)

Delegate more BP for better support and daily BLURT reward 😉
@tomoyan
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote