Gambar: Charles Theodore Deeleman/Atlas van Stolk
Ketika VOC menguasai Jayakarta, nama kota diubah menjadi Batavia. Tembok dan benteng pertahanan pun dibangun lengkap dengan parit dan kanalnya demi mengamankan Batavia yang diproyeksikan sebagai basis operasional VOC di Hindia Timur.
Tembok pertahanan kota Batavia memiliki pintu-pintu yang menghubungkannya dengan dunia luar, yaitu Pintu Besar dan Pintu Kecil. Jalan utama tentu adalah Pintu Besar, sedangkan Pintu Kecil adalah jalan alternatif untuk keluar dan masuk Kota Batavia. Di kala malam hari pintu-pintu ini ditutup untuk mencegah serangan dari pasukan Kesultanan Banten.
Setelah pemberontakan orang-orang Tionghoa di Batavia pada 1740, komunitas Tionghoa dilarang tinggal di dalam tembok kota. Akhirnya, kelompok Tionghoa membentuk kawasan Pecinan di area Glodok dan Pintu Kecil, wilayah yang tidak jauh dari tembok kota dan masih dapat dijangkau oleh tembakan meriam. Mereka menggunakan Pintu Kecil untuk keluar dan masuk Kota Batavia. VOC membuat Pecinan tersebut untuk mengontrol komunitas Tionghoa agar pemberontakan tidak terulang.
Karena itulah maka tidak mengherankan jika kawasan Pintu Kecil dan Glodok terkenal sebagai kawasan niaga hingga kini. Saat ini kawasan Pintu Kecil lebih dikenal dengan nama Pasar Asemka.
Gambar di atas adalah lukisan kawasan Pecinan di Pintu Kecil sekitar tahun 1860 yang dilukis oleh Charles Theodore Deeleman, seorang insinyur dan pelukis yang menetap di Batavia. Terlihat bangunan-bangunan dan aktivitas orang-orang Tionghoa dalam lukisan yang menggambarkan suasana sehari-hari di Pintu Kecil.
Thank you for using my upvote tool 🙂
Your post has been upvoted (27.65 %)
Delegate more BP for better support and daily BLURT reward 😉
@tomoyan
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote