Foto: Antara/Kumparan
Salah satu masalah terbesar perkotaan adalah terkait transportasi massal, bagaimana memindahkan penduduk dari satu tempat ke tempat lain. Umumnya transportasi massal perkotaan terbagi menjadi dua jenis, yang berbasis rel dan berbasis jalan.
Jakarta, sebagaimana kota besar lainnya, memiliki keduanya. Kawasan Jakarta Raya memiliki jalur kereta rel listrik yang disebut commuter line dengan rute Jakarta-Bogor. Tiap harinya ratusan ribu orang menggunakan tipe transportasi ini.
Untuk transportasi massal berbasis jalan, Jakarta memiliki bus Transjakarta yang berjalan di jalur khusus bus. Kehadiran Transjakarta yang diinisiasi di masa Gubernur Sutiyoso ini perlahan menggantikan bus-bus kota yang kumuh dan tidak terintegrasi.
Kini, seluruh moda transportasi Jakarta diintegrasikan kedalam Jak Lingko, yaitu sistem pembayaran berbais kartu untuk seluruh moda transportasi umum mulai dari angkot, bus Transjakarta, hingga MRT.
Angkot-angkot digandeng masuk ke dalam sistem Jak Lingko dimana pengemudi angkot dibayar per kilometer perjalanan, tidak peduli berapa jumlah penumpangnya. Akibatnya, angkot tidak lagi ngetem menunggu penumpang dan ngebut di jalan.
Integrasi transportasi Jakarta akan menjadi warisan terbesar Gubernur Anies Baswedan dalam masa 5 tahun pemerintahannya, ketimbang program-program lain yang lebih banyak mendapat pemberitaan seperti rumah DP 0, Jakarta International Stadium dan Formula E.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI Jakarta, ditargetkan 95 persen penduduk Jakarta dapat mengakses transportasi umum. Dengan integrasi transportasi Jakarta di bawah Jak Lingko saya cukup yakin target tersebut akan tercapai.
** Your post has been upvoted (17.05 %) **
Curation Trail Registration is Open!
Curation Trail Here
Delegate more BP for better Upvote + Daily BLURT 😉
Delegate BP Here
Thank you 🙂 @tomoyan
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote