Foto: Antara/Kumparan
Salah satu ciri peradaban maju di masa lalu adalah memiliki sistem penanggalan atau almanak sendiri. Hal ini karena untuk dapat bercocok tanam dengan baik, manusia perlu menguasai penanggalan, tentang kapan musim yang baik untuk menanam, dan sebagainya. Dan yang tidak kalah penting, sistem penanggalan vital bagi pencatatan sejarah peradaban tersebut.
Peradaban Tiongkok kuno termasuk salah satu peradaban maju yang memiliki kalender tertua di dunia, yang terlihat dari jumlah tahun dalam kalender Imlek yang sudah mencapai 2573, melampaui kalender Masehi yang baru mencapai 2022. Artinya, ada jarak sekitar 550 tahun, orang-orang Tiongkok lebih dulu punya kalender dibandingkan orang-orang Eropa.
Sebagai peradaban besar dengan sejarah panjang, Tiongkok tidak lepas dari gejolak. Dengan jumlah penduduk yang banyak, masalah yang dihadapi pun besar. Ketika Tiongkok bergolak, banyak penduduknya yang mencari peruntungan di daerah lain. Mereka naik kapal-kapal yang disebut jukung menyeberangi lautan dan menetap di banyak daerah di Asia Tenggara dan lainnya.
Ekspedisi militer juga berperan dalam penyebaran orang-orang Tiongkok seperti saat Khubilai Khan menyerang Jawa. Sebagian tentara yang tercerai-berai akhirnya menetap dan hidup di Jawa.
Di masa kolonialisme, gelombang orang-orang Tiongkok yang datang ke Hindia Belanda terjadi melalui jalur pertambangan dan perkebunan. Banyak kuli-kuli kontrak asal Tiongkok yang didatangkan karena upahnya murah dan kinerjanya bagus.
Ketika terjadi perang saudara antara Partai Komunis Tiongkok dengan pemerintahan Kuomintang pada 1927-1949, serta invasi Jepang di sela-selanya, gelombang migrasi orang-orang Tiongkok kembali terjadi, mencari penghidupan yang lebih baik di negeri seberang, termasuk ke Indonesia. Beberapa konglomerat Tionghoa pada masa Orde Baru datang ke Indonesia di periode ini.
Mereka-mereka inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal komunitas Tionghoa yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Ekspresi kebudayaan dan agama orang-orang Tionghoa diberangus di masa Orde Baru, acara-acara komunitas Tionghoa dilarang dilakukan di ruang publik, termasuk perayaan tahun baru Imlek. Bahkan nama Tionghoa pun dilarang, harus diganti dengan nama Indonesia. Selain itu istilah Tionghoa dan Tiongkok diganti dengan Cina yang menyudutkan etnis Tionghoa di Indonesia.
Setelah reformasi komunitas Tionghoa kembali mendapatkan kebebasannya, Presiden Abdurrahman Wahid langsung mencabut inpres yang dikeluarkan Presiden Soeharto dan membolehkan komunitas Tionghoa berekspresi di ruang publik. Bahkan tahun baru Imlek dijadikan hari libur fakultatif, yang kemudian dijadikan hari libur nasional di masa Presiden Megawati Soekarnoputri.
Di masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono istilah Tionghoa dan Tiongkok dikembalikan lagi, menggantikan istilah Cina. Tionghoa untuk menyebut orang-orang etnis Tionghoa di Indonesia, dan Tiongkok untuk menyebut negara Tiongkok.
Perlahan-lahan etnis Tionghoa mendapatkan kembali hak-hak mereka yang dirampas di masa Orde Baru, dan menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia yang multietnis.
Selamat tahun baru Imlek 2573! 🎉🎊
** Your post has been upvoted (21.16 %) **
Curation Trail Registration is Open!
Curation Trail Here
Delegate more BP for better Upvote + Daily BLURT 😉
Delegate BP Here
Thank you 🙂 @tomoyan
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote