(Chart by TradingView)
Pada grafik di atas, kita dapat melihat bahwa SBD saat ini sudah berada di dataran tinggi. Hampir sama tingginya dengan SBD ketika melewati periode bullish di akhir tahun 2017. Pada 19 Des 2017, SBD mencapai $14.38 USD (~Rp205 ribu) dengan volume $451,551 (~Rp6.4 miliar). Dan pada 2 Apr 2021, SBD kembali memuncak pada $11.21 (~Rp160 ribu) dengan volume $25,936 (~Rp370 juta).
Sementara itu, pada grafik yang bawah kita melihat bahwa STEEM masih berada di dataran rendah. Jauh lebih rendah dari level STEEM ketika sedang melalui periode bullish di awal 2018. Pada 2 Jan 2018, STEEM mencapai $6.6 (~Rp94 ribu) dengan volume $54,739 (~Rp781 juta). Namun pada 11 Apr 2021, STEEM hanya mencapai $1.3 (~Rp19 ribu) dengan volume $4,027,000 (~Rp57 miliar).
Perhatikan juga volume perdagangan SBD dan STEEM selama periode bullish tiga tahun lalu dan sekarang. Tiga tahun lalu, volume SBD lebih dari 8 kali volume STEEM. SBD yang bullish dapat dengan mudah menarik STEEM menjadi bullish juga. Seperti kereta berat yang menggeret gerbong ringan.
Sedangkan volume SBD kali ini hanya 0.006 kali volume STEEM. Tidak peduli seberapa bullishnya SBD, sangat sulit untuk menarik STEEM untuk juga menjadi bullish. Seperti kereta ringan yang mencoba menggeret gerbong yang jauh lebih berat.
Untuk SBD bisa menarik STEEM kali ini, ia harus mencapai harga puncak yang jauh lebih tinggi atau membutuhkan waktu jauh lebih lama. Menurut anda mana yang lebih duluan?