Perilaku Laki-laki itu hampir bisa dianalogikan dengan selera makan kucing, . Begini... kucing itu jarang sekali menolak bila diberi ikan pindang, sama juga dengan laki-laki kalau ada perempuan cakep dan bahenol lewat di depan matanya, rata-rata pastilah mata keranjangnya melirik atau malah jelalatan lihat dari ujung kaki sampai kepala.... ehh kebalik, dari ujung kepala ke ujung kaki.
Begitu juga teman saya yang satu ini. Singkat cerita kami sedang mengadakan pertemuan di sebuah warung kopi untuk membahas urusan organisasi. Yang hadir waktu itu adalah saya sendiri, Mr. Ahmad dan Senor Ari. Nah...! Ternyata Senor Ari ini membawa salah satu anak laki-lakinya.
Pada saat diskusi sedang serius-seriusnya, datanglah seorang sales girl menghampiri kami, dia menjual pisau cukur kumis dan korek api harganya cuma sepuluh ribu Rupiah. Tapi yang menarik perhatian kami adalah bukan barangnya tapi orangya... ha..ha.
Wajahnya lumayan ayu berkat sepuhan make up yang apik, usia sekitar pertengahan tiga puluh tahun, pakaiannya rapi, nggak terlalu tinggi dan bentuk tubuhnya walau tidak seperti gitar, tapi cukup menariklah. Sikapnya ramah dan friendly gitu loh! Jadi bikin orang tidak terganggu akan keberadaannya.
Mr. Ahmad yang kebetulan duda tujuh tahun ini memang pengalaman banget kalau urusan perempuan. Dengan singkat dia bisa akrab dengan sales girl itu, dan membeli dua pisau cukur itu dengan sukarela tanpa basa basi. Tapi yang paling hebat adalah ia bisa tukar menukar nomor Whatsapp dengan perempuan cantik itu.
Nah...! Senor Ari ini, seorang laki-laki yang punya istri yang soleh, nggak mau kalah dengan Mr. Ahmad. Dengan andalkan senyum bandotnya dia juga mencoba merayu si sales girl itu dan saling bercanda mesra dengan sales girl itu. Ia juga bisa dapatkan nomor telepon perempuan cantik itu juga. Melihat tingkah genit Senor Ari, Mr. Ahmad meloncarkan sebuah pertanyaan bercanda kepada si sales girl itu yang jawabannya cukup menohok Senor Ari.
"Mbak.... mbak... emang mau sama si Ari ini?"
"Wah... mau...mau sih pak!"
"Serius ini mbak?"
"Mau..mau muntah sih maksudnya mas, lihat pak Ari, giginya ompong sih dia... ha..ha..ha..!
"Halah... mbaknya ini, langsung to the point... ha..ha..ha..!
Senor Ari mendengarkan jawaban itu kaget, tapi beruntunglah beliau ini orangnya memang nggak gampang marah, lagi pula memang dia bergigi ompong, gigi atas bagian depannya sudah tanggal semua, hanya terlihat dua gigi taring. Jadi kalau orang yang baru kenal pasti geli melihatnya.
Ia pun ikut tertawa mendengar jawaban itu. Tak berapa lama si sales girl itu pun pamit pergi dan disusul pula oleh Mr. Ahmad yang harus meninggalkan diskusi karena ada urusan keluarga.
Tinggallah saya, Senor Ari dan puteranya. Tiba-tiba sang putera dekati Senor Ari dan bertanya dengan terus terang kepada sang ayah tercinta ini, mengenai kejadian yang ada tadi.
"Yah....ayah, kenapa kok nomor mbaknya kok disimpen di HP sih?"
"Nanti ketemu sama ibu loh, ayah nyimpen nomer mbaknya itu?"
Saya pun yang mendengarkan pertanyaan anak itu pun, jadi agak terkejut. Anak yang baru berusia sebelas tahun itu pun mengerti dan setengah protes atas kelakuan ayahnya yang genit tadi. Tapi dasar bandot jawabannya pun diplomatis dengan bumbu kebohongan
"Nggak nak, nanti kalau ada kerjaan yang baik, Ayah mau telpon buat kasih mbak itu."
Halah... jawaban gombal, kok anaknya dikadalin. Begitu pikir saya, dan yakin dia menyimpan nomor telpon itu bukan untuk maksud baik.
Ternyata benar, lah wong tiga minggu kemudian, si Senor Ari cerita kalau dia nomor Whatsapp-nya diblokir oleh perempuan itu. Juga Mr. Ahmad juga kasih tahu saya kalau si Senor Ari ternyata mencoba goda lagi sales girl itu, makanya nggak salah kalau nomernya diblokir. Ternyata kelakuannya masih seperti bandot walaupun sudah berumur apalagi ada tiga orang anak plus istri yang baik.(hpx)