Sepeda kini sudah menjadi salah satu kendaraan yang umum digunakan. Terlebih untuk orang-orang tidak mau terjebak macet dan tidak mau berkontribusi dalam mencemari lingkungan dengan polusi udara. Sejak adanya virus corona yang melanda dunia, banyak orang khususnya masyarakat Indonesia yang mulai hobi bersepeda dengan dalih olahraga.
Terlepas dari apakah mereka hanya mengikuti tren atau memang benar-benar ingin berolahraga. Nyatanya, keberadaan sepeda di jalanan semakin meningkat dan semakin bertambah. Untuk anda yang mungkin termasuk ke dalam pesepeda yang dimaksud di atas, mungkin kalian harus berterima kasih kepada Karl Drais yaitu penemu sepeda itu sendiri.
Perlu kalian ketahui bahwa sepeda yang ada sekarang ini tidak begitu saja tercipta dan ditemukan. Namun dalam proses penemuannya, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh orang-orang terdahulu dan bermimpi untuk membuat alat transportasi pribadi. Seperti yang ditulis di dalam Ensiklopedi Columbia, nenek moyang sepeda diperkirakan berasal dari Negara Perancis.
Menurut sejarah, negara tersebut sudah sejak awal abad ke 18 mengenal dan menggunakan alat transportasi yang memiliki roda dua tersebut, mereka menamai sepeda dengan sebutan velocipede. Selama bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk kepada hasil rancangan transportasi roda dua tersebut.
Pastinya, konstruksi dari sepedanya belum terbuat dari besi. Untuk modelnya pun masih sangat primitif. Bahkan ada yang bilang bahwa sepeda zaman dulu bisa bergerak tanpa pedal tongkat atau tatocipede. Tapi bagaimana caranya? Dalam hal ini, Rick Boneshaker menjawabnya. Jadi, dibutuhkan dua orang untuk memutar engkol yang ada di sisi kanan dan yang ada di sisi kiri sepeda dengan pedoman kecepatan 109 km/jam. Kemudian, tatocipede akan bergerak menyesuaikan kecepatan engkol yang berputar.
Sejarah Penemu Sepeda: Baron Karls Drais
Baron Karls Drais Von Sauerbronn merupakan seorang yang berasal dari Jerman diklaim sebagai salah satu orang yang menyempurnakan velocipede atau sepeda. Pada tahun 1818, Karls Drais membuat sebuah alat transportasi roda dua yang ditujukan untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai seseorang yang bertugas sebagai pengawas hutan Baden, Ia memang membutuhkan sarana transportasi bermobilitas tinggi. Namun, model yang dikembangkan terlihat masih belum jelas tampilannya, antara sepeda atau kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaannya sebagai dandy horse.
Karl Drais juga dijuluki sebagai seorang yang menemukan Laufmaschine atau mesin berjalan, yang kemudian disebut sebagai beroda , draisine (bahasa Inggris) atau Draisienne (Perancis). Karl Drais juga menemukan mesin tik dengan keyboard untuk pertama kalinya pada tahun 1821. Setelah itu mesin tersebut berkembang menjadi mesin steno awal, dan kompor yang lebih hemat kayu.
Drais mulai belajar ilmu arsitektur, fisika, dan pertanian di University of Heidelberg dari tahun 1803 hingga tahun 1805. Ia juga bergabung dengan layanan sipil sebagai tim kehutanan resmi. Selain itu, Ia juga bekerja sebagai guru di lembaga kehutanan pribadi milik pamannya. Kemudian pada tahun 1810 Ia menerima gelar sebagai kepala rimbawan, namun belum mendapatkan posisi yang sepadan.
Bagi masyarakat Indonesia sendiri, transportasi jenis sepeda tentu sudah tidak asing lagi. Alat transportasi ramah lingkungan ini juga memiliki sejarah yang cukup panjang juga loh di Indonesia. Tapi perlu anda ketahui bahwa bentuk sepeda zaman dahulu sangat berbeda dengan sepeda zaman sekarang. Semua itu tidak lepas dengan inovasi dan juga kreativitas yang dikembangkan oleh para ahli yang berasal dari berbagai bidang yang saling membantu satu sama lain. Sepeda sendiri pertama kali ditemukan oleh Baron Karl Drais von Sauerbronn atau lebih dikenal dengan sebutan Karl Drais, seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Karl Drais memulai perjalanan pertamanya menggunakan sepeda buatannya pada tanggal 12 Juni tahun 1817. Berangkat dari kota Mannheim menuju ke kota Schwetzingen Relais Haus. Lalu Ia melanjutkan perjalanan dari kedua kota tersebut menuju ke kota Braden pada tahun 1817. Sebab, semua masyarakat pada saat itu belum mengenal sepeda. Jadi, Karl Drais dilaporkan bisa melaju dengan cepat. Berkat dari perjalanannya dengan sepeda ciptaannya itu, banyak media yang meliputnya.
Pada saat itu, media yang masih populer adalah koran. Karl Drais dimuat di koran lokal Jerman di tahun 1817. Dimana Ia mulai menamai sepeda buatannya dengan sebutan Draisienne. Akan tetapi, sayangnya popularitas Karl Drais tidak berlangsung lama. Karena setelahnya ada berbagai merk sepeda yang muncul dengan keunggulannya masing-masing. Hal tersebut kemudian perlahan menggeser popularitas Karl Drais.
Munculnya transportasi sepeda pada zaman dahulu, hampir sama dengan kemunculan transportasi mobil pada zaman sekarang. Dimana orang-orang yang bisa memilikinya hanyalah orang-orang tertentu seperti halnya bangsawan dan para pemilik usaha yang sukses dan kaya raya. Merekalah segelintir orang yang bisa menikmati transportasi sepeda pada zaman itu. Kemudian pada tahun 1960-an, seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi. Sepeda mulai bergeser dari posisinya sebagai salah satu alat transportasi mewah. Sebab, pada tahun berikutnya muncul alat transportasi yang lebih modern lagi yaitu sepeda motor dan juga mobil.