Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di provinsi Aceh, Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat daya Aceh, tepatnya di Teluk Lhokseumawe. Secara geografis, kota ini terletak di antara 4°30'00" - 5°10'00" Lintang Utara dan 96°35'00" - 97°11'00" Bujur Timur.
Kota Lhokseumawe merupakan kota yang berkembang pesat sejak awal tahun 2000-an. Hal ini disebabkan oleh keberadaan industri minyak dan gas bumi di wilayah tersebut. Perusahaan-perusahaan besar seperti PT Arun LNG, PT Pertamina EP Region IV, dan PT Medco E&P Malaka memiliki operasi di kota ini. Selain itu, kota ini juga memiliki pelabuhan laut yang penting untuk ekspor dan impor barang.
Selain kegiatan industri, Kota Lhokseumawe juga memiliki potensi wisata yang menarik. Salah satu objek wisata yang terkenal adalah Pantai Ujong Blang, pantai yang terkenal dengan keindahan matahari terbenamnya. Selain itu, terdapat juga Taman Wisata Lhokseumawe, sebuah taman yang memiliki berbagai wahana dan kolam renang yang dapat dinikmati oleh keluarga.
Budaya masyarakat Kota Lhokseumawe sangat kental dengan budaya Aceh. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan masjid yang tersebar di kota ini. Salah satu masjid yang terkenal adalah Masjid Raya Al-Makmur, masjid yang dibangun dengan arsitektur modern dan memiliki luas bangunan sekitar 10.000 meter persegi.
Kota Lhokseumawe juga terkenal dengan makanan khasnya, yaitu mie Aceh. Mie Aceh adalah makanan yang terbuat dari mie kuning yang dimasak dengan bumbu khas Aceh dan disajikan dengan daging sapi, ayam, atau seafood. Selain mie Aceh, terdapat juga makanan khas lainnya seperti nasi goreng Aceh, sate matang, dan gulai ikan tongkol.
Secara keseluruhan, Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dari segi industri, wisata, maupun budaya.
Kota Lhokseumawe disebut sebagai Petro Dolar karena kota ini memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, terutama dalam sektor energi, yaitu minyak dan gas bumi. Sejak tahun 1970-an, perusahaan-perusahaan minyak seperti PT Arun LNG, PT Pertamina EP Region IV, dan PT Medco E&P Malaka melakukan operasi di kota ini dan menghasilkan pendapatan yang sangat besar dari produksi minyak dan gas bumi.
Kehadiran perusahaan-perusahaan tersebut memberikan dampak yang besar pada perekonomian Kota Lhokseumawe dan juga Aceh secara keseluruhan. Pendapatan yang diperoleh dari sektor energi menjadi sumber dana utama bagi pembangunan di Aceh. Oleh karena itu, Aceh sering disebut sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sangat bergantung pada sektor energi.
Dalam hal ini, uang dari sektor energi yang dihasilkan dari industri minyak dan gas bumi di Kota Lhokseumawe sangat berharga, sehingga dikenal dengan istilah "Petro Dolar". Istilah ini mengacu pada keadaan di mana pendapatan dari sektor energi (petro) menjadi faktor utama dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah, dan kemudian digunakan untuk mengembangkan sektor lain seperti infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Tidak ada angka pasti mengenai berapa banyak kandungan gas di Aceh, karena kandungan gas dan minyak bumi di suatu wilayah sangat bervariasi dan sulit diprediksi secara pasti. Namun, wilayah Aceh memang dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor energi seperti minyak dan gas bumi.
Pengembangan sektor energi di Aceh dimulai sejak tahun 1970-an, ketika perusahaan-perusahaan minyak mulai melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di wilayah ini. Salah satu lokasi yang sangat penting dalam sektor energi di Aceh adalah Lhokseumawe, di mana terdapat pabrik pengolahan gas alam cair (LNG) PT Arun yang dibangun pada tahun 1977.
Pendapatan yang diperoleh dari sektor energi di Aceh dan khususnya di Lhokseumawe sangat besar, sehingga Aceh menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan sebutan "Petro Dolar". Sejak awal pengembangan sektor energi di Aceh, pendapatan dari sektor ini telah digunakan untuk mengembangkan infrastruktur dan pelayanan publik, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandara, dan pembangunan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Oleh karena itu, sektor energi di Aceh dan Lhokseumawe sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.
Pabrik pengolahan gas alam cair (LNG) PT Arun di Aceh merupakan salah satu produsen LNG tertua di Indonesia, dan telah lama menjadi pemasok gas alam cair untuk pasar internasional. Beberapa perusahaan di luar negeri yang telah membeli gas dari ladang Arun Aceh antara lain:
Tokyo Electric Power Company (TEPCO) dari Jepang
Korea Gas Corporation (KOGAS) dari Korea Selatan
Chubu Electric Power dari Jepang
Royal Dutch Shell dari Belanda
BP dari Inggris
Pertamina International Gas and Shipping dari Indonesia
Mitsui & Co. dari Jepang
Marubeni Corporation dari Jepang
Sumitomo Corporation dari Jepang
Perusahaan-perusahaan ini membeli gas dari ladang Arun Aceh dalam bentuk LNG, dan kemudian mengimpor dan mendistribusikan gas tersebut ke negara masing-masing. Dalam sejarahnya, Arun LNG telah menjadi salah satu sumber daya energi penting bagi pasar internasional dan telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
Lhokseumawe City is a city in the province of Aceh, Indonesia. This city is located on the southwest coast of Aceh, precisely in Lhokseumawe Bay. Geographically, the city is located between 4°30'00" - 5°10'00" North Latitude and 96°35'00" - 97°11'00" East Longitude.
Lhokseumawe City is a city that has developed rapidly since the early 2000s. This is due to the presence of the oil and gas industry in the region. Large companies such as PT Arun LNG, PT Pertamina EP Region IV, and PT Medco E&P Malaka have operations in this city. In addition, the city also has a seaport which is important for the export and import of goods.
Apart from industrial activities, Lhokseumawe City also has attractive tourism potential. One of the famous tourist attractions is Ujong Blang Beach, a beach famous for its beautiful sunsets. Apart from that, there is also the Lhokseumawe Tourism Park, a park that has various rides and swimming pools that can be enjoyed by the whole family.
The culture of the people of Lhokseumawe City is very thick with Acehnese culture. This can be seen from the many mosque buildings scattered in this city. One of the famous mosques is Masjid Raya Al-Makmur, a mosque built with modern architecture and has a building area of around 10,000 square meters.
The city of Lhokseumawe is also famous for its special food, namely Acehnese noodles. Mie Aceh is a food made from yellow noodles cooked with Acehnese spices and served with beef, chicken or seafood. Apart from Acehnese noodles, there are also other specialties such as Acehnese fried rice, cooked satay, and tuna curry.
Overall, Lhokseumawe City is a city that has a lot of potential to be developed in terms of industry, tourism and culture.
The city of Lhokseumawe is known as Petro Dollar because this city has very abundant natural resources, especially in the energy sector, namely oil and natural gas. Since the 1970s, oil companies such as PT Arun LNG, PT Pertamina EP Region IV, and PT Medco E&P Malaka have operated in this city and have generated substantial revenues from oil and gas production.
The presence of these companies has had a major impact on the economy of Lhokseumawe City and Aceh as a whole. Revenue generated from the energy sector is the main source of funding for development in Aceh. Therefore, Aceh is often referred to as one of the provinces in Indonesia which is highly dependent on the energy sector.
In this case, money from the energy sector generated from the oil and gas industry in Lhokseumawe City is very valuable, so it is known as "Petro Dollars". This term refers to a situation where income from the energy sector (petro) becomes a major factor in the economic development of a region, and is then used to develop other sectors such as infrastructure, health, and education.
There is no exact figure on how much gas is in Aceh, because the gas and oil content in an area varies widely and is difficult to predict with certainty. However, the Aceh region is known to have abundant natural resources, especially in the energy sector such as oil and natural gas.
The development of the energy sector in Aceh began in the 1970s, when oil companies began exploring and exploiting oil and gas in this region. One of the most important locations in the energy sector in Aceh is Lhokseumawe, where there is a PT Arun liquefied natural gas (LNG) processing plant built in 1977.
The income derived from the energy sector in Aceh and especially in Lhokseumawe is very large, so that Aceh is one of the provinces in Indonesia known as "Petro Dollars". Since the beginning of the development of the energy sector in Aceh, revenues from this sector have been used to develop public infrastructure and services, such as roads, bridges, ports, airports, and construction of health and education facilities. Therefore, the energy sector in Aceh and Lhokseumawe is very important in the economic development and welfare of the people in the region.
PT Arun's liquefied natural gas (LNG) processing plant in Aceh is one of the oldest LNG producers in Indonesia, and has long been a supplier of liquefied natural gas to the international market. Several overseas companies that have purchased gas from the Arun Aceh field include:
Tokyo Electric Power Company (TEPCO) from Japan
Korea Gas Corporation (KOGAS) from South Korea
Chubu Electric Power from Japan
Royal Dutch Shell from the Netherlands
BP from England
Pertamina International Gas and Shipping from Indonesia
Mitsui & Co. from Japan
Marubeni Corporation from Japan
Sumitomo Corporation from Japan
These companies buy gas from the Arun Aceh field in the form of LNG, and then import and distribute the gas to their respective countries. In its history, Arun LNG has become one of the important energy resources for the international market and has made a major contribution to the Indonesian economy.
Kunjungan Presiden RI ke Lhokseumawe
Congratulations, your post has been curated by @r2cornell, a curating account for @R2cornell's Discord Community.