Sejauh ini kita sering melihat ada banyak masyarakat yang berbeda-beda dalam memulai awal ibadah puasa. Keputusan ini tentu saja karena perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Biasanya, penentuan awal Ramadhan didasarkan pada pengamatan hilal atau bulan sabit pada malam tertentu setelah bulan sebelumnya.
Beberapa metode yang umum digunakan untuk menentukan awal Ramadhan yaitu pengamatan langsung. Hilal dapat dilihat langsung oleh orang yang terlatih atau oleh kelompok observasi yang terorganisir. Metode ini membutuhkan kondisi cuaca yang cerah dan jelas.
Berikutnya adalah metode hisab. Metode ini dengan perhitungan astronomi yang melibatkan perhitungan matematika berdasarkan posisi matahari, bulan dan bumi. Metode ini sering digunakan oleh para ulama dalam menentukan awal Ramadhan.
Rukyatul Hilal. Metode ini melibatkan pengamatan hilal oleh sekelompok ulama Islam terpercaya yang menyaksikan hilal secara langsung. Metode ini juga memerlukan kondisi cuaca yang cerah dan jelas.
Oleh karena itu, kita sering disarankan untuk menunggu pengumuman resmi dari pemerintah agar tidak timbul perbedaan dalam mengetahui awal Ramadhan.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan awal Ramadhan. Beberapa daerah mungkin lebih cenderung menggunakan metode tertentu, sementara daerah lainnya mungkin menggunakan metode yang berbeda.
Kemudian perbedaan zona waktu. Karena perbedaan zona waktu di seluruh dunia, terkadang hilal terlihat pada malam yang berbeda di daerah yang berbeda.
Berikutnya karena perbedaan kondisi cuaca. Pengamatan hilal memerlukan kondisi cuaca yang cerah dan jelas. Jika daerah tertentu sedang dilanda cuaca buruk pada malam pengamatan hilal, maka hal tersebut dapat memengaruhi kemampuan untuk melihat hilal.
Perbedaan posisi geografis dapat mempengaruhi pengamatan hilal, karena terdapat perbedaan dalam elevasi dan kemiringan pada berbagai daerah.
Karena faktor-faktor tersebut, sangat mungkin terjadi perbedaan dalam penentuan awal Ramadhan antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Di Indonesia, penentuan awal Ramadhan ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama. Kementerian Agama melakukan koordinasi dengan Badan Hisab dan Rukyat (BHR) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam menentukan awal bulan Ramadhan.
Untuk menentukan awal Ramadhan, Kementerian Agama melakukan pengamatan hilal secara langsung di sejumlah titik di seluruh Indonesia. Pengamatan dilakukan pada malam 29 Sya'ban atau 30 Sya'ban. Jika hilal terlihat pada malam itu, maka esok harinya akan diumumkan sebagai awal bulan Ramadhan.
Selain pengamatan langsung, Kementerian Agama juga menggunakan hasil perhitungan hisab untuk menentukan awal Ramadhan. Hisab dilakukan berdasarkan metode hisab rukyat, yaitu mengkombinasikan perhitungan hisab dengan hasil pengamatan langsung.
Setelah hasil pengamatan hilal dan hisab dirapatkan, Kementerian Agama akan mengeluarkan pengumuman resmi mengenai awal Ramadhan di seluruh Indonesia. Pengumuman ini akan disebarkan melalui berbagai media, seperti televisi, radio, situs web resmi Kementerian Agama, dan sosial media.