Hello Blurt ....
Dalam rangka refleksi 16 tahun tsunami Aceh 26 Desember 2020, Malam ini saya bersama kelompok Gerakan Sosial Pemuda Pesisir (GSPP) di salah satu warung kopi ternama Istanbul Coffee mengelar nonton bareng video peristiwa tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Luar biasa kegiatan tersebut disaksikan langsung oleh ratusan pengunjung warung kopi. Adek-adek dari GSPP sangat antutias menggelar acara tersebut. Mereka dengan menggunakan masker tetap semangat mengikuti alur video berdurasi lebih kurang 17 menit itu.
Nonton Bareng Video Tsunami Aceh di Warkop Istanbul Coffe Idi Aceh Timur
Isteri saya Asrarul Mufidah sempat merinding ketika melihat peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 itu. Sangat dasyat ketika air laut menghempas daratan Aceh ujung barat pulau Sumatera. Rumah dan fasilitas lainnya hancur berantakan, mayat-mayat manusia bergelimpangan di sudut-sudut kota. Menyedihkan peristiwa yang mengucang dunia itu, tidak terlepas dari ingatan masyarakat Aceh, mereka terus mengenang peristiwa tsunami itu hingga saat ini. Tak terlupakan dibenak mereka, karena ketika peristiwa tsunami terjadi Provinsi Aceh kala itu sedang berkecamuk konflik antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Beranjak dari peristiwa tsunami itu, akhirnya pada tahun 2005 kedua belah pihak yang bersengketa berdamai yang difasilitasi oleh Uni Eropa dan Marti Artisari di Helsinky. Setelah itu kondisi Axeh mulai aman dan kondusif hingga saat ini. Sebelum perdamaian terjadi masyarakat Aceh tidak dapat berkumpul menikmati kopi seperti sekarang ini, karena kala itu, Aceh mencekam akibat perang yang tidak henti. Berkat adanya musibah tsunami akhirnya Aceh pun bisa berdamai dan rakyat kini bisa hidup tenang dan leluasa berkatifitas. Luar Biasa.
Betapa sedihnya kami masyarakat Aceh ketika tsunami menghantam daratan kami. Salah satu keluarga saya Pakcik saya sendiri bernama Nurdin Basyah, juga hilang dalam musibah itu. Sampai sekarang Pakcik saya itu belum diketahui keberadaannya. Semoga beliau mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Beliau meninggalkan seorang isteri dan 5 anak tersayang. Tahun lalu, istri dari Pakcek saya itu juga telah meninggal dunia. Kini anak-anaknya hidup bersama dalam satu rumah di Desa Teupin Puket Kecamatan Nurussalam Aceh Timur. Seorang pemuda Ikbal anak tertua dari Pakcek saya, dialah yang menjadi tulang punggung keluarga saat ini.
Dia mengurusi dan membiayai adek-adeknya. Meski dia bekerja sebagai seorang buruh di sebuah toko di kota saya tapi Ikbal dengan penuh semangat tetap menjaga adek-adeknya dalam menempuh kehidupan pasca ditinggal ayahnya dalam musibah tsunami dan ibunya.