Tuhan di Kedai Kopi
tiap pagi aku ke kedai kopi dekat rumah
mencuri dengar kenyataan berhamburan
dari pikiran yang lebam & belum berhenti
mencari
“semalam di dalam mimpi aku bertemu tuhan
untuk aku sembah. dia bernama sakit yang tidak
mau sembuh.”
“aku meragukan tuhan. tetapi aku punya istri
& dua anak perempuan & ibuku semakin sering
diserang keinginan menghindar dari kata-kata
& negara tidak berhenti membunuh kita.”
“segelas kopi yang kugenggam sembari mengenang
hidupku yang terhapus adalah tuhan yang hangat.”
“aku sendiri. tuhan sendiri. aku masih berharap
dia mau berteman baik denganku.”
“apakah tuhan lebih dekat dari hidupku atau matiku?”
kerap kubayangkan diriku penyair. misalnya, pagi ini:
aku memungut mayat-mayat tuhan yang berjatuhan
di antara gelas-gelas kopi & aku ingin menulis puisi
tetapi menulis puisi berarti mengubah
setumpuk abu jadi hutan; berarti merebut bahasa
yang telah lama kembali ke mulut tuhan.
MENGENAL AAN MANSYUR
Martan Mansyur, atau yang lebih dikenali sebagai M Aan Mansyur, dilahirkan pada14 Januari 1982 merupakan seorang penulis dan penyair asal Indonesia. Namanya menjadi dikenal luas setelah puisi-puisinya muncul dalam film Ada Apa dengan Cinta.
Bermukim di Makassar, Aan turut menggerakkan Makassar International Writers Festival sejak 2011 dan juga KataKerja, sebuah perpustakaan komunitas.
Sejak masa kanak-kanak pengarang Aan Mansyur sudah bergaul dengan buku dan kemudian menemukan gairahnya untuk sastra.
Adalah cinta yang mengubah jalannya waktu. / Karena cinta, waktu terbagi dua / Denganmu dan rindu untuk membalik masa…
Kutipan ini berasal dari puisi yang dideklamasikan oleh Rangga (diperankan oleh Nicholas Saputra) dalam salah satu adegan “Ada apa dengan Cinta?” Pada tahun 2002 lalu, film box office itu mengilhami banyak anak muda untuk membaca puisi. Kaum remaja ingin tampil se-cool Rangga dan Cinta, kedua tokoh utama film tersebut yang sama-sama penggemar puisi.
Dalam sekuelnya pun, puisi menjadi nuansa yang mendominasi seluruh film. Produser film Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza dari Miles Production meminta pengarang Aan Mansyur yang berasal dari Makassar untuk membuat beberapa puisi untuk film lanjutan itu.
“Saya diberi kebebasan penuh dalam penciptaan puisi. Sekali pun selama proses produksi ada beberapa baris yang harus dipotong, saya selalu ditanya lebih dulu dan dimintai pendapat. Saya menganggap ini sebagai sebuah kolaborasi,” kata Aan Mansyur.
Setelah meriset buku, media sosial, dan foto serta berbicara dengan orang-orang yang pernah tinggal di New York, Aan akhirnya menulis 31 puisi.
“Empat atau lima puisi, saya tidak tahu pasti, muncul di dalam film "Ada Apa Dengan Cinta 2". Kriteria pemilihan dan cara penggunaan puisi-puisi itu sepenuhnya di tangan sutradara film dan timnya.”
Ketiga puluh satu puisi tersebut diterbitkan dalam antologi berjudul “Tidak Ada New York Hari ini”.
“Saya membayangkan ada gagasan besar yang diusung oleh puisi-puisi itu. Puisi-puisi saya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan membentuk suatu kesatuan ide,” ujar lulusan Fakultas Sastra Universitas Hasanudin di Makassar itu.
Meskipun film “Ada Apa Dengan Cinta 2” mengangkat kisah asmara Rangga dan Cinta, puisi-puisi Aan tidak melulu mengenai cinta.
“Saya berusaha membayangkan jalan pikiran orang seperti Rangga, isi hatinya, buku-buku yang dibacanya, siapa teman-temannya, dan bagaimana rasanya merindukan tanah air.”
Walau begitu, Aan mengakui: “Semua puisi itu puisi cinta.”
Sejauh ini buku Aan yang sudah diterbitkan adalah “Hujan Rintih-rintih”, 2005; “Perempuan, Rumah Kenangan”, 2007; “Aku Hendak Pindah Rumah”, 2007; “Cinta yang Marah”, 2008; dan “Melihat Api Bekerja”, 2015.
Selain karya-karya itu, Aan juga telah menulis banyak cerita anak-anak yang telah diterbitkan di sejumlah surat kabar.
Melihat ke belakang, Aan mengakui masa kanak-kanaknya mungkin tidak seberapa seru, namun berperan besar dalam membentuk pilihan kariernya untuk menjadi penulis. Dulu ia sempat mengidap penyakit yang membuatnya mudah lelah.
“Adik laki-laki saya biasa bermain di luar bersama sapi, berlarian di sawah. Sementara itu saya di rumah dan membaca buku-buku kakek saya, yang pastinya bukan untuk pembaca muda.”
** Your post has been upvoted (17.60 %) **
Curation Trail is Open!
Join Trail Here
Delegate more BP for bigger Upvote + Daily BLURT 😉
Delegate BP Here
Upvote
https://blurtblock.herokuapp.com/blurt/upvote
Thank you 🙂 @tomoyan