The Mercy's adalah sebuah grup musik asal Indonesia yang dibentuk di Kota Medan pada 3 Februari 1965 dan sempat populer pada era 1970-an. Grup ini telah beberapa kali mengalami pergantian formasi, pada tahun 1972 The Mercy's beranggotakan Charles Hutagalung (keyboard, vokal). Erwin Harahap (gitar, vokal), Albert Sumlang (saksofon, vokal), Rinto Harahap (bass, vokal), dan Reynold Panggabean (drum, vokal). Album The Mercy's Pop Melayu Volume 2 dirilis pada tahun 1975.
DI RANTAU ORANG
Selamat tinggal tanah Deli
kupergi di rantau orang
Kucoba mencari ilmu
untuk kubawa pulang
Lama sudah daku tinggalkan
Ayah bundaku tercinta
Doakanlah anakmu ini
yang selalu dirundung rindu
Semoga Tuhan mengabulkan
cita citaku yang mulia
Dan selalu melindungiku
dari percobaan
SEJARAHNYA
1971–1973: Hijrah ke Jakarta, perubahan formasi, instrumen musik, masuk rekaman dan meraih kesuksesan
Pada tahun 1972, The Mercy’s memutuskan hijrah ke Jakarta. Bermula dari datangnya dewa penolong dari tulang Herman Tobing (adik Ibu dari Erwin & Rinto Harahap). Ia menyurati mereka dan mengajak pindah ke Jakarta, berjanji akan mencarikan tempat wadah bermusiknya. Charles, Rizal, Erwin, dan Rinto memanfaatkan kesempatan tersebut pertama kali. Adjie bersama Reynold pun bergabung dengan formasi yang telah lebih dulu merintis manggung di Jakarta, karena harus menyelesaikan masalah administrasi di Medan. Pada mulanya di ibukota mereka masih tampil di beberapa kelab malam, membawakan lagu-lagu yang mereka ciptakan sendiri. Kemudian mereka mengisi serangkaian show secara berkala di empat tempat, seperti Tropicana, LCC, Paprica, dan Mini Discotique. Kesempatan baik ini dimanfaatkan betul oleh The mercy’s dengan memperkenalkan lagu ciptaan mereka seperti ‘Untukmu, Hidupku sunyi, Love dll. Di tempat terakhir inilah, The Mercy's mampu menembus dominasi band asal kota-kota besar, seperti Jakarta dan Bandung. Mereka yang datang dari sebuah band lokal asal Medan menjadi band nasional sejajar dengan The Rollies, Gipsy, dan The Pros. Setelah di Jakarta, pasang surut yang melanda blantika musik Indonesia juga dirasakan oleh The Mercy's hingga periode kesempatan memasuki dunia rekaman. Rizal Arsyad dan Adjie Bandy memutuskan untuk keluar dari The Mercy's, karena adanya ketidakcocokan dengan pihak management (bukan sesama personil). Keluarnya Rizal karena hendak meneruskan sekolahnya ke Jerman sedangkan Adjie juga ikut bergabung dengan Gipsy untuk menyimpan sebuah misteri. Tidak banyak orang tahu mengapa Rizal sekonyong-konyong menetapkan hati untuk dipecat dari band yang menikmati andilnya sejak pertama berdiri itu. Ternyata terjadi sebuah perselisihan internal, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan musik, antara Rizal dan personel The Mercy's lainnya. Rizal marah besar karena menganggap kawan-kawannya di The Mercy's mencampuri urusan pribadinya. Suasana kalut, panas, jenuh, jemu. Meski sudah dibujuk, Rizal sudah tak dapat ditahan lagi untuk dipecat dari The Mercy's.
Erwin, Rinto, Charles dan Reynold sudah hampir patah arang dan lempar handuk ke arena tarung industri musik Indonesia. Keluarnya Rizal dan Adjie merupakan cobaan yang amat berat sehingga keduanya hampir saja memutuskan untuk membubarkan The Mercy's dan membentuk berempat. Tapi lewat nalar yang jernih, mereka nekat untuk lanjut. Kepemimpinan The Mercy’s pada saat itu pun beralih kepada Erwin Harahap.
Mereka lalu membuat sebuah keputusan untuk mengubah pola musiknya dengan menambah personil baru dan instrumen musik baru. '''Albert Sumlang''' (abang kandung dari penyanyi jazz wanita '''Vonny Sumlang'''), seorang peniup Saksofon (Saxophone) handal berdarah Minahasa kemudian diajak bergabung. Keputusan ini sangat tepat karena dengan tiupan saxophone mautnya di kemudian hari banyak memberi warna dalam musik The Mercy’s. Dengan formasi baru itulah kemudian The Mercy’s merekam album pertama mereka. Kolaborasi dua perusahaan rekaman Remaco dan Purnama sebagai produser, menghasilkan album pertama bagi The Mercy's. Dalam album tersebut terdapat lagu-lagu Tiada Lagi (Charles H), Hidupku Sunyi (Charles. H), Baju Baru (Charles. H), Untukmu (Charles.H), Love (Rinto.H), Di Pantai (Charles. H), Bebaskanlah (Charles.H), Untukku (Charles.H), Women (Rinto.H), Kurela Dikau Kasih (Reynold. P), Kisah Seorang Pramuria (Albert Sumlang). Album perdana ini di luar dugaan meledak dan langsung mengangkat nama The Mercy’s dengan andalannya lagu "Tiada Lagi" di blantika musik Indonesia. Lagu Tiada Lagi tersebut menjadi Hits dimana-mana. Band lokal ini mampu menggoyang rekor penjualan piringan hitam (PH) maupun kaset band seniornya Koes Plus dan Panbers. Bahkan menempatkan lima single dari debut album ini merajai tangga-tangga lagu di radio-radio swasta di Jakarta dan seluruh nusantara.
Sejak itu The Mercy’s menjadi sebuah group yang menjadi idola masyarakat. Untuk kedigdayaan luar biasa ini, Puspen ABRI dan perusahaan rekaman Remaco & Purnama mengganjarnya sebagai Band Kesayangan periode 1972-1973 dan meraih Golden Record dan Piringan Emas, atas penjualan lebih dari sejuta keping. Kenyataannya, mereka telah berhasil mewujudkan impiannya. Dalam waktu singkat, mereka menggelar show pertamanya sebagai senjata ampuh di Taman Ria Jakarta Monas. Pada 31 Desember 1972, empat band besar band nasional : Koes Plus, Panbers, Favorite's, dan The Mercy's, menggelar konser di gedung Istora Senayan Jakarta. Ribuan penonton memadati tempat pertunjukan, bahkan melebihi dari kapasitas tempat pertunjukan.
Kepopuleran The Mercy's juga mampu menembus kota-kota besar, sejajar dengan band-band nasional yang ada saat itu. Band ini sempat menjadi idola anak muda tahun 1970-an, dengan rambut gondrong, celana lebar diujungnya yang biasa “menyapu” jalan, dan baju berwarna ‘jreng’ berdasi ‘lebar’. Dalam perjalannya kepiawaian trio Charles, Rinto, dan Albert sudah menunjukkan kemampuannya dalam menggunakan lirik pada lagu-lagunya seperti, Untukmu, Hidupku Sunyi, Love, dan Kisah Seorang Pramuria. Pamor The Mercy's semakin terangkat dengan kehebatan duo sang legenda, Charles Hutagalung dan Rinto Harahap. Aksi mereka selalu mencuri perhatian penikmat musik Indonesia dengan liriknya yang banyak bercerita tentang cinta. Mereka berdua sangat kuat perannya di The Mercy's dalam mencipta dan menyanyi. Meski begitu Reynold juga banyak menciptakan lagu untuk The Mercy's.
Pada masa jayanya nama The Mercy’s pernah masuk dalam The BIG FIVE bersama dengan Koes Plus, Panbers, D’Lloyds, dan Favourite’s group. Dalam perjalanannya The Mercy's berhasil menyabet enam Golden Record dan sejumlah penghargaan lainnya dari album-albumnya. Group The Mercy’s sempat bertahan selama hampir dua dekade dan sampai saat ini menjadi salah satu group band legendaris Indonesia karena lagu-lagunya masih disukai dan dinikmati sampai sekarang. Tercatat tiga kali menjadi grup band kesayangan dan beberapa kali meraih golden record atas albumnya yang rata-rata terjual diatas satu juta copy dari perusahaan rekaman Remaco.
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Wassalam,
#bennywb56