The Mercy's Pop Melayu Volume 3 "Oh Tuhan"

in blurt-192372 •  3 days ago 

The Mercy's adalah sebuah grup musik asal Indonesia yang dibentuk di Kota Medan pada 3 Februari 1965 dan sempat populer pada era 1970-an. Grup ini telah beberapa kali mengalami pergantian formasi, pada tahun 1972 The Mercy's beranggotakan Charles Hutagalung (keyboard, vokal). Erwin Harahap (gitar, vokal), Albert Sumlang (saksofon, vokal), Rinto Harahap (bass, vokal), dan Reynold Panggabean (drum, vokal). Album The Mercy's Pop Melayu Volume 3 dirilis pada tahun 1979.

OH TUHAN

Manakah jalan yang Engkau beri
padaku yang sesat ini
Oh Tuhan Engkau pengasih

Manakah jalan yang Engkau beri
padaku yang sesat ini
Oh Tuhan Engkau pengasih

Lama daku yang hina menanti
uluran tangan pengasih
kucari selalu kucari

Mungkin tak layak bagiku
menanti kasih sayang Mu
Berbedakah aku ini
manusia yang ciptaanMu

Mungkin tak layak bagiku
menanti kasih sayang Mu
Berbedakah aku ini
manusia yang ciptaanMu

Dengerin lagunya disini ya teman

artworks-000055759783-3dwdws-t500x500.jpg

Sejarah
1965–1969: Awal pembentukan

Awal perjalanan karir band The Mercy's dimulai dari nama Watches yang menjadi cikal bakal terbentuknya The Mercy's. Rizal Arsyad (mantan suami Iis Sugianto) dan Erwin Harahap adalah dua orang selaku pendiri grup band The Mercy's membentuk band yang bernama Watches di akhir tahun 1962 hingga awal 1965, kala itu dengan personel: Ucok Harahap (keyboard, organ), Erwin Harahap (gitar), Rizal Arsyad (gitar), Harry Noerdie (flute), Darmawi Purba alias Mawi Purba (bass) dan Meyer Hutabarat (drum). Pada tahun 1965 Noerdie flute keluar dari Watches dan mulai fokus sebagai penyanyi solo. Karena kesibukan masing masing personel, band ini sempat vakum beberapa bulan.

Pada tahun 1965 Rizal Arsyad (gitar), Erwin Harahap (gitar), Ucok Harahap (keyboard, organ), Mawi Purba (bass) & Meyer Hutabarat (drum) kembali mengaktifkan band ini, tak lama Erwin bertanya kepada Rizal, Rizal adalah pimpinan dan motor band mereka asalkan nama Watches harus diganti, Sebab nama Watches terlalu ke barat baratan, Rizal mengusulkan nama The Mercy's, alasanya The Mercy's sendiri secara spontan terbersit diingatan mereka untuk dijadikan nama grup musik karena menyukai naik mobil merek Mercy. Jika diartikan dalam bahasa Prancis Mercy's artinya kasihan, atau bisa juga terima kasih. Rizal dan yang lainnya pun menyetujui nama itu. Dengan nama The Mercy's mereka mengusung kisah esensial sejarah dan kenangan yang suka hura-hura, serta berkiblat dengan band-band pesta di Jakarta, seperti, Noor Bersaudara, Ceking, Cruss, dan Medinas. The Mercy's untuk memulai serius menulis lagu dan nge-jam di studio. Namun karena dirasa terlalu lama masuk dapur rekaman, di tahun 1967 Ucok Harahap dan Mawi Purba memutuskan untuk mengundurkan diri band yang baru setahun berganti nama menjadi The Mercy's. Ucok keluar dari The Mercy's dan memilih membentuk grup band yang bernama AKA (singakatan dari Apotek Kali Asin), begitupun dengan Mawi Purba, ia juga ikut membentuk The Rhythm Kings.

Masih di tahun 1967, Personel yang tersisa, Rizal Arsyad (gitar), Erwin Harahap (Gitar) dan Meyer Hutabarat (drum), kembali mengaktifkan band ini, Kali ini Rinto Harahap menjadi pemain bass yang direkomendasikan oleh abangnya Erwin Harahap, di saat itu pula Iskandar alias Boen menjadi pemain keyboard yang ditinggal Ucok Harahap. Dengan bergabungnya Iskandar & Rinto Harahap Mereka mulai serius Nge-Jam dari studio studio hingga ke panggung-panggung pentas seni dan pensi-pensi sekolah di seputaran kawasan Tebet Jakarta. Pada saat itu Rizal ragu menggunakan nama The Mercy's, Sebab tiga personel asli hanya tinggal menyisakan Rizal Arsyad, Erwin Harahap dan Meyer Hutabarat, tapi Rinto Harahap dan Iskandar juga tidak terlalu mempermasalakan soal nama, asal mereka punya materi pasti band ini akan jalan. Adapun formasi The Mercy's saat itu adalah : Iskandar alias Boen (vokal, kibor), Erwin Harahap (gitar), Rizal Arsyad (gitar), Rinto Harahap (bass), dan Meyer Hutabarat (drum).

Pada tahun 1968, Meyer Hutabarat memutuskan untuk mengundurkan diri dari The Mercy's karena kuliahnya sekaligus seorang produser dan penulis lagu. Posisinya lalu digantikan oleh Sofyan Juned alias Yan menjadi drummer tetap. Formasi kedua The Mercy’s ini kemudian berubah adalah menjadi Rizal Arsyad (Gitar Ritme), Erwin Harahap (Gitar Utama), Rinto Harahap (Gitar Bass), Iskandar (Keyboard Organ), dan Sofyan Juned (Drum). Dengan masuknya Yan, The Mercy’s menjadi sebuah band yang terasa berbeda dari sebelumnya. Ia memiliki kemampuan pukulan drum yang baik serta mewarnai suara yang bagus untuk ditampilkan sebagai front line man. Posisi Erwin tidak lagi menjadi vokalis utama, tetapi masih kerap berbagi lagu dengan Boen untuk dibawakannya. Grup ini selalu mengikuti tren perkembangan musik mancanegara, sehingga mereka sering mengacu pada band The Beatles, The Bee Gees, The Hollies, C.C.R maupun The Monkees. Sesekali mereka juga membawakan lagu-lagu band nasional, seperti Koes Plus dengan lagu hitsnya Telaga Sunyi.
1969–1970: Merekrut Charles Hutagalung, Reynold Panggabean dan Adjie Bandy, show di Malaysia dan show di Vietnam

Menariknya, belum setahun terbentuk namun grup ini sudah mendapat tawaran show di Malaysia. Ketika ada undangan untuk show di Penang, Malaysia pada tahun 1969, Iskandar dan Sofyan Juned memutuskan tidak ikut. Ia harus keluar karena status kuliahnya di Fakultas Kedokteran tidak mengizinkannya untuk meninggalkan bangku kuliah (kini menjadi ahli bedah syaraf), sementara Yan ia juga ikut membentuk Lime Stone Band. Posisinya lalu digantikan oleh Charles Hutagalung yang saat itu telah keluar dari bandnya sebelumnya '''Bhayangkara Nada'''. Karena memilih jadi personel tetap, Charles mengajak sahabatnya Reynold Panggabean (mantan suami Camelia Malik dan Anna Tairas), yang kala itu menjadi personel tetap. Masih di tahun 1969 akhirnya Charles merekrut Adjie Bandy bergabung dengan The Mercy's sebagai personel tetap. Formasi lengkap pemain The Mercy’s kemudian berubah adalah menjadi Rizal Arsyad (Gitar Ritme), Erwin Harahap (Gitar Utama), Rinto Harahap (Gitar Bass), Charles Hutagalung (Keyboard, Organ), Reynold Panggabean (Drum), dan Adjie Bandy (Violin, Saksofon). Dengan masuknya Charles, Reynold dan Bandy, The Mercy’s menjadi sebuah band yang terasa berbeda dari sebelumnya. Ia memiliki kemampuan bermain keyboard yang baik serta kualitas suara yang bagus untuk ditampilkan sebagai front line man. Posisi Rinto tidak lagi menjadi vokalis utama, tetapi masih kerap berbagi lagu dengan Charles untuk dibawakannya. Mereka melewatkan hampir tiap malam mengisi acara di Night Club Chusan Hotel di Malaysia. Pada tahun pertama terbentuk, The Mercy's memang masih berpetualang dari satu klub malam ke klub malam yang lain, mulai dari Medan hingga ke Penang, Malaysia.

Seusai kontraknya yang berlangsung selama enam bulan, tepatnya pertengahan 1970, The Mercy's, kembali ke Medan melanjutkan aktivitas bermusiknya di pesta-pesta anak muda. Kemudian kelompok ini mendapat tawaran show di Vietnam di mana negara ini saat itu masih genting terjadi perang saudara dan nyawa adalah taruhannya. Hal ini tidak menyurutkan nyalinya mereka sebagai seorang yang profesional di bidangnya untuk melebarkan sayap untuk bisa diakui musiknya di negara lain. Dengan kondisi itu, di negara perantauan, menimbulkan naluri bakat menulis lagu dari salah satu personilnya. Charles saat dalam kesendiriannya mampu menorehkan bait demi bait menghasilkan lagu-lagu hebat, salah satunya berjudul ‘Tiada Lagi’ yang kelak hari melambungkan nama The Mercy’s ke puncak ketenaran. Dan, patut diacungi jempol bahwa sosok Charles Hutagalung yang selalu ceria, tetapi tetap mampu melahirkan lagu sentimental, seperti “Tiada Lagi” . Lewat tembang ini pula The Mercy's kelak menjadi sebuah supergroup yang diminati jutaan penggemarnya.

1970–1971: Kembali ke Medan

Kembalinya The Mercy's dari Vietnam, kelompok ini masih bercokol di tanah kelahirannya kota Medan dan tetap masih berkiblat kepada grup band Bee Gees, Deep Purple, Led Zeppelin, The Hollies, Grand Funk Railroad, Black Sabbath, The Beatles, dan hanya sesekali membawakan lagu Indonesia dan ciptaannya. Lalu datang tawaran untuk show di Singapura dan Bangkok. Namun, karena sesuatu hal kontrak tersebut pun gagal. Hal itu tidak membuat mereka patah arang, The Mercy's diminta langsung oleh RRI Medan untuk bermain di panggung hiburan dan lagu Tiada Lagi direkam untuk disiarkan secara on air, dan pertama kalinya diperdengarkan di kota ini. Lagu Tiada lagi, mendapat sambutan luar biasa dari pendengar radio RRI yang mampu menjangkau frekuensi sampai ke negara Semenanjung Melayu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pesanan lagu ‘Tiada Lagi’ yang tidak pernah henti setiap hari mengudara.

Pada 1971, mereka kembali mendapat tawaran show di Jepang. Pada saat itu grup Spokies sudah berjaya di sana dengan personel anak-anak Indonesia yang bersekolah di Tokyo, antara lain, Broery Pesolima dan Joko Susilo. Angin segar ini membuat mereka bersemangat kembali. Namun, karena sesuatu hal, rencana mereka untuk manggung di Jepang, kandas lagi. Group ini tertipu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, pupuslah harapan go International dan memilih tetap di kota Medan. Mereka kembali beraktivitas di panggung dengan kesabaran. Namun popularitas mereka tidak bisa terangkat lebih tinggi lagi, karena nama mereka belum dikenal oleh publik nasional kala itu.

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Wassalam,
#bennywb56

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE BLURT!