Rindu Kampung Halaman

(Image by @maskuncoro)

Di balik perbukitan yang hijau, di sana terhampar desaku yang damai. Langit biru yang terbentang luas seperti pelukan lembut, mengawinkan matahari yang perlahan tenggelam, menyisakan warna-warna hangat di ufuk barat. Desir angin pun menyapa, membawa aroma tanah basah setelah hujan sore, merangkai kenangan manis tentang kampung halaman yang selalu terngiang dalam rindu.

Rindu itu bagaikan riak air sungai yang mengalir pelan, menceritakan kisah masa kecil yang penuh warna. Di tepi sawah yang luas, rindu memeluk kenangan berlarian di antara padi yang menguning, sambil canda tawa bersahutan dengan gemericik air sungai. Setiap sudut kampung, seperti lukisan hidup yang menggambarkan keindahan sederhana, menyimpan jejak langkah yang tak terlupakan.

Pohon-pohon tua di halaman rumah, saksi bisu perjalanan waktu, menyapa dengan dedaunan yang menari-nari ketika angin berbisik. Di sana, rindu menyatu dengan getaran alam, menciptakan harmoni yang tak tergantikan. Suara desir daun, nyanyian burung, dan langkah kaki di jalan setapak, semuanya merangkai symfoni nostalgia yang mengalun lembut di dalam hati.

Namun, rindu juga menyimpan kerinduan akan wajah-wajah tercinta yang dulu sering tersenyum hangat. Di pelukannya, aku merasakan kehangatan keluarga yang tak tertandingi. Setiap sudut kampung, setiap rumah, dan setiap orang, menjadi bagian dari diri yang membentuk jati diri sejati. Kini, rindu itu seperti pelangi yang membelah langit, membawa warna-warna kenangan yang mempesona.

Di malam yang sunyi, ketika bintang-bintang bersinar begitu terang, rindu semakin menggelayuti hati. Desaku yang terpencil, namun begitu penuh makna, menjadi magnet yang tak terelakkan. Aku merindukan suara keramaian pasar tradisional, dengan beragam barang dagangan yang menggoda mata. Aromanya, campuran rempah dan bau tanah, membawa ingatan akan cita rasa masakan ibu yang tiada duanya.

Meski waktu terus berlalu, dan kini kaki ini melangkah di tanah yang berbeda, rindu kampung halaman tetap hadir dalam setiap detak jantung. Keindahan desa yang terpahat dalam ingatan, seperti lukisan yang tak pernah pudar. Rindu itu bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membangkitkan semangat untuk terus melangkah, sambil membawa potongan-potongan kampung halaman yang tetap hidup dalam jiwa.

Lampung, 19 Februari 2024
@maskuncoro