Gambar ilustrasi air hujan (Unsplash.com @ Nikolay Zakharov)
Di tengah ladang yang kering membisu,
Seorang petani duduk termangu,
Menggenggam tanah yang mulai retak,
Menyapa langit dengan harap yang tak goyah.
Mentari membakar setiap helai daun,
Hembusan angin pun kering tanpa ampun,
Namun ia tetap berdiri tegar,
Merindukan hujan, sebuah karunia yang sabar.
Langit kelabu di ufuk senja,
Seakan memberi tanda yang ia pinta,
“Tuhan, kirimkanlah tetesan suci,
Basahi bumi, kembalikan semangat yang letih ini.”
Setiap siang ia pandangi awan,
Menunggu tanda, seberkas harapan,
Daun-daun merunduk, tanah berbisik,
Menghitung hari hingga hujan datang mengetuk.
Tak ada keluh dari bibirnya yang kering,
Hanya doa-doa yang perlahan menggiring,
Bersama mimpi tentang tanah yang hijau,
Saat padi tumbuh, menjadi janji yang kekal.
Petani itu adalah penjaga bumi,
Menabur benih, menyulam mimpi,
Dan dalam diam ia tetap percaya,
Hujan akan datang, memenuhi setiap asa.
Ketika tetes pertama jatuh di daun,
Senyumnya terbit, menyejukkan angan,
Hujan yang dirindu akhirnya tiba,
Menyapa petani dengan cinta yang hampa tak lagi terasa.
Lampung, 23 Oktober 2024
@maskuncoro
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. Get more BLURT:
@ mariuszkarowski/how-to-get-automatic-upvote-from-my-accounts
@ blurtbooster/blurt-booster-introduction-rules-and-guidelines-1699999662965
@ nalexadre/blurt-nexus-creating-an-affiliate-account-1700008765859
@ kryptodenno - win BLURT POWER delegation
Note: This bot will not vote on AI-generated content