(Sumber gambar: Unsplash.com @ Muhamad Harun Rabiyudin)
Di tengah badai yang mengguncang hati,
Ada pelukan ibu, pelabuhan sejati.
Tempat lelahku merapat,
Dan gelisahku luruh tanpa syarat.
Dalam dekapnya, aku menemukan damai,
Seolah dunia berhenti, membiarkanku santai.
Hawa hangat yang tak pernah pudar,
Meluruhkan semua luka dan getar.
Pelukan itu, seperti doa tanpa kata,
Mengalirkan ketenangan hingga ke jiwa.
Tak peduli berapa jauh aku melangkah,
Di sana, rumahku selalu terasa indah.
Ibu, engkau nahkoda di samudra hidupku,
Dengan cinta kau bimbing layar bahteraku.
Saat aku tersesat dalam kabut kelabu,
Pelukmu membawa terang dan arah baru.
Abadi, takkan pernah sirna,
Meski waktu terus melipat cerita.
Dalam pelukanmu, aku tetap anak kecil,
Yang selalu rindu pada dekap yang begitu lembut dan lincah menghibur hati kecil.
Terima kasih, Ibu, untuk pelabuhan ini,
Untuk cinta yang kau beri tanpa pamrih.
Di hatiku, pelukmu adalah rumah abadi,
Tempat aku kembali, hingga nanti.
Lampung, 28 Januari 2025
@maskuncoro