(Gambar ilustrasi by Unsplash.com @ Marco Bianchetti)
Di lorong sunyi yang kulalui,
Bayang-bayangmu selalu kembali,
Menghantui setiap jejak langkah,
Mengukir luka yang tak sudah.
Angin berbisik lirih di telinga,
Menyebut namamu tanpa jeda,
Seakan waktu tak ingin reda,
Menyimpan kenangan yang tersisa.
Aku berjalan di antara kenangan,
Mencari jejak yang kian pudar,
Namun rindu datang tanpa undangan,
Menyusup lembut, mengguncang sadar.
Di sudut hati yang kusembunyikan,
Ada dirimu yang tak terlupakan,
Meski dunia terus berjalan,
Bayangmu tetap bertahan.
Malam membisikkan kisah lama,
Seperti syair tanpa nada,
Mengulang memori tanpa lelah,
Menyeret hati pada gelisah.
Cahaya senja telah menghilang,
Tinggallah sunyi yang berbisik rawan,
Mengukir namamu di sudut bayang,
Menjadikannya kisah yang tak usang.
Aku mencoba menghapus jejak,
Namun kenangan tak mau retak,
Seperti embun di pagi buta,
Hadir tanpa perlu diminta.
Waktu berlalu membawa cerita,
Namun hatiku masih terjaga,
Menyimpan rindu yang tak tertawar,
Pada kisah lama yang tak pudar.
Mungkin esok aku kan lupa,
Atau mungkin kau yang lebih dulu sirna,
Namun satu yang tetap nyata,
Bayangmu masih di sudut mata.
Hanya rindu yang tetap ada,
Mengalun lirih di dada,
Membawa langkah ke masa lalu,
Yang takkan pernah kembali utuh.
Lampung, 15 Februari 2025
@maskuncoro