Berkaca pada binar lampu jalanan.

in blog •  3 years ago 

1641286087740.jpg

Kepada gelap ia beri terang, tanpa berharap matahari menggantikannya, bahkan rembulan yang datang dengan wajah terang purnama tidak ia sukai, sebab hanya akan menjadikan tubuhnya seolah tak lagi ada manfaat untuk sekitarnya, dan ia mungkin lebih suka sekalian mati jika purnama datang setiap pergantian sore ke malam, karena yang hanya memenuhi pikirannya ialah betapa ingin penciptaannya adalah wujud dari sebuah karya yang bisa menjadi manfaat ke dalam ruang kehidupan, sebagaimana manusia yang mengenal keagungan Allah SWT dan meletakkan seluruh bagian tubuhnya hanya untuk menghamba, mencintai setulus dan semampunya.

Dengan menjadi manusia yang seutuhnya saja, ia bisa akan menemukan kehidupan ini senantiasa melintas di lajur kebahagiaan, lalu bagaimana tidak lebih baik jika setelah ia menjadi seutuhnya manusia, ia kemudian mengabdikan dan mengenal lebih dekat dengan Allah SWT, Subhanallah.

Lampu-lampu jalanan bagai ruh lain, ia berada di sekitar, tidak menyapamu tapi cukup mengasihimu dengan menerangi jalan yang hendak engkau tapaki, agar engkau terhindar dari apa-apa yang buruk yang tak terlihat karena disembunyikan gelap.

la adalah wajah yang tak terlihat, hanya bisa kau rasakan keindahan cintanya, hanya bisa kau ingat ketika dunia tak lagi memiliki stok listrik yang mengalirkan energi untuknya.

Sebagaimana para Ulama yang alim, yang tidak mudah kau temui hanya pada sebuah gelar "Ustadz atau Kyai". Lebih dari itu, Ulama adalah lampu-lampu jalanan yang teduh tanpa kenal gelar, karena gelar luhurnya adalah la mencintai seluruh mahlukNya dan bersungguh sungguh dalam kecintaan kepada Allah SWT.

Meski terkadang ia sembunyi di balik kamar yang kumuh dan pakaian yang robek, ia tetap akan menjadi penerang bagi sekitar, dengan disadari atau tanpa disadari.

Semoga, gusti Allah SWT, menjadikan diri kita salah satu Lampu-lampu jalanan menuju keindahan cintaNya. Aamiin.

1641286087740.jpg

He gave light, without hope that the darkness would come, even the moon that came on the face of the full light of the moon he did not like, because it would only make his body as if there was no longer any benefit to the surroundings, and maybe he would prefer if the full moon came every evening change to night, because what fills his mind is just wanting to know how to create it is the manifestation of a work that can be useful in the space of life, as humans who know the majesty of Allah and put all parts of their bodies just to serve, love sincerely and as much as they can.

By becoming a fully human, he will find this life through the path of happiness, then how could it not be better if he became a fully human, he devoted himself and got to know Allah SWT more closely, Subhanallah.

The street lights in various other places, he is around, do not greet you but just walk the path you want to walk, to avoid anything bad that is invisible because it is dark.

He is an invisible face, can feel the beauty of his love, you can remember when the world no longer has a supply of electricity that supplies energy to him.

Like the pious Ulama, which you are not easy to meet only with a title "Ustadz or Kyai". More than that, Ulama are shady street lamps without names, because their noble title is He loves all His creatures and is serious in loving Allah SWT.

Although sometimes hidden behind bare rooms and torn clothes, it will still penetrate its surroundings, unnoticed or unnoticed.

May Allah SWT make ourselves one of the street lamps towards the beauty of His love. Aamiin.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE BLURT!